Kiper Primavera berusia 17 tahun ini berbicara secara eksklusif kepada Juventus.com mengenai tur Asia Pasifik di musim panas lalu, berlatih dengan tim utama dan laga UEFA Youth League melawan Olympiacos di Yunani.
Emil Audero sedang menjalani apa yang diimpikan oleh jutaan penggemar muda Bianconeri di seluruh penjuru dunia.
Seorang penggemar Juventus sejak kecil, kiper Primavera ini, yang juga memiliki garis keturunan asal Indonesia melalui ayahnya, menikmati awal musim 2014/15 dengan menjadi penjaga gawang utama tim asuhan Fabio Grosso.
Ia saat ini menjalani tahun ketujuhnya bersama klub, pemuda berusia 17 tahun ini bisa dikatakan sebagai pemain veteran di usianya yang masih terbilang remaja. Beberapa bulan terakhir Audero menjalani dua tugas bersama Primavera serta tim senior dan ia sangat menikmati setiap menit yang ia jalani.
Ia juga ikut serta dalam Tur Asia-Pasifik musim panas ini dan kali ini ia berbicara secara eksklusif dengan Juventus.com dan mengungkapkan kembali salah satu kenangan paling luar biasa dalam hidupnya hingga hari ini.
“Terdapat berbagai macam emosi dalam tur tersebut,” ungkapnya. “Mengunjungi kembali negara kelahiran saya, dimana saya juga sempat tinggal di sana beberapa saat, serta berlatih dengan tim senior. Saya bahagia kembali ke sana dan bergabung dalam pengalaman yang luar biasa. Berada di sana bersama Juventus memberikan rasa yang tidak dapat dilupakan. Saya tidak pernah menyangkanya.”
Seperti tim utama, tim Primavera Audero juga mencoba untuk bangkit dari kekalahan 1-0 dari Atletico Madrid dan dengan berangkatnya kedua tim ke Yunani hari ini, laga Rabu malam akan menjadi laga krusial dan ini menjadi pemikiran yang keras bagi sang kiper muda.
“Laga melawan Olympiacos akan menjadi krusial: kami saat ini berada di poin yang sama, dan kami akan menghadapi mereka dua kali secara beruntun. Kami perlu memperoleh kemenangan, jika tidak maka kami beresiko untuk berada di situasi dimana semua akan ditentukan kemudian. Kami memastikan untuk bermain baik dan memberikan segenap kemampuan kami.”
Ia melanjutkan: “Kami memulai dengan baik saat melawan Malmo. Kami kalah ketika melawan Atletico namun saya merasa kami membiarkan itu terjadi. Pertemuan kami sama dengan yang dialami tim senior: sepertinya laga akan berakhir imbang 0-0, namun kami kebobolan dengan gol yang mudah. Kami akan berusaha kembali di laga selanjutnya.”
Lebih lanjut dari wawancara dengan Audero dapat dibaca di bawah ini:
Bagaimana rasanya menjalani debut di kompetisi antar benua musim lalu?
“Youth League tahun lalu sangat luar biasa: itu merupakan pengalaman yang benar-benar baru bagi kami semua. Satu yang paling diingat adalah bisa berada bersama tim utama, berada satu pesawat dengan mereka dan, di level internasional, dapat menghadapi tim-tim dari segala penjuru Eropa yang memiliki kultur yang berbeda. Semua hal ini sangat penting untuk membantumu memahami dimana levelmu berada dan apakah dirimu sudah berlatih dengan keras.... Pengalaman ini jelas sangat membantu saya untuk berkembang.”
Mari sedikit mengingat kembali: anda memiliki kesempatan untuk mengikuti perjalanan dengan tim utama selama musim panas ini... Memori apa yang sangat anda ingat selama Tur Asia-Pasifik?
“Tentu saja berada di sekeliling pemain-pemain luar biasa yang hanya bisa saya lihat di Vinovo atau di TV: mereka tiba-tiba menjadi rekan satu tim anda di ruang ganti. Dan kemudian anda menyadari bahwa mereka sama sekali tidak jauh berbeda dengan anda, mereka adalah orang biasa. Dan mereka benar-benar membuat saya sebagai bagian dari grup.”
Kembali ke Indonesia pasti menjadi hal yang spesial bagi anda. Bagaimana dukungan terhadap Juventus dan sepak bola secara umum di sana?
“Ayah saya tinggal di sana dan telah menjelaskan kepada saya bahwa di Indonesia banyak sekali pendukung Juventus. ‘Mereka di sini sudah mengenal siapa dirimu’, ia memberitahukan kepada saya seperti itu, namun saat itu saya belum mengalaminya secara langsung, jadi saya belum mempercayainya. Dan setelah kami tiba, kami memperoleh sambutan yang luar biasa: ratusan bahkan ribuan orang menyambut kami bahkan dengan bahasa Italia yang sempurna, saya tidak berpikir mereka akan se-luar biasa itu. Pesepakbola profesional masih berada di tahap perkembangan awal di sana, namun sangat banyak penggemar sepak bola di sana: apakah itu penggemar Serie A, EPL atau La Liga. Teknologi di Indonesia sangat maju: sangat banyak yang memiliki smartphone terkini dan sangat mengetahui perkembangan apapun dengan aktual.”
Berikan kepada kami gambaran mengenai dorongan pertama anda kepada sepak bola. Apakah benar anda awalnya bermain di depan dan bukan sebagai kiper?
“Ya, saya dulu adalah pemain sayap! Saya menjadi kiper karena kesempatan, seperti yang biasa terjadi di tim lokal anda yang pasti membutuhkan seorang kiper [di Cumiana, dekat dengan Turin]. Saya kemudian menyukai posisi ini dan melekat pada saya hingga sekarang. Sebagai Bianconero sejak kecil, Buffon adalah orang pertama yang saya idolakan dan menyaksikannya sepanjang Piala Dunia 2006 membuat saya mengaguminya lebih lagi. Saya mulai bermain untuk Juve ketika saya mulai sekolah di Sekolah Menengah, dan sekarang saya memasuki tahun ketujuh di klub ini. Memulai dari sektor muda dan terus menaiki tiap jenjang hingga ke tim Primavera merupakan perjalanan panjang tersendiri bagi saya, saya tidak pernah menyangka akan berada hingga sejauh ini. Saya selalu mendorong diri saya sendiri untuk menjalani tiap tahun dengan sebaik mungkin, menanti panggilan untuk naik tingkat tiap akhir musim – terutama ketika saya masih sangat kecil, namun seiring waktu berjalan semua terasa lebih baik. Saat saya berada di Giovanissimi Nazionale, dan memeroleh panggilan pertama tim nasional, saya mulai memahami bahwa jika saya berusaha dengan keras, saya bisa mencapai tempat teratas.”
Katakan sedikit kepada kami mengenai Emil Audero di luar Vinovo …
“Agar berada sama jauhnya dengan perjalanan saya di Primavera, saya dan keluarga telah dan tetap memberikan pengorbanan. Saya sekolah di sini di J College dan masih tinggal di rumah: orang tua saya mengantarkan saya ke tempat latihan karena saya belum punya mobil sendiri. Sebelum berlatih ke Vinovo, saya belajar di sekolah dulu dan kemudian setelah tiba di rumah, saya sudah merasa lelah jadi saya memilih untuk bersantai. Setelah berlaga di hari Sabtu, biasanya saya bersantai di hari Minggu.
Apa yang menjadi hal terpenting dalam karir anda di Juventus sejauh ini?
“Tentu saja saat pertama kali berlatih dengan tim utama. Itu adalah memori yang sangat nyata dan luar biasa, karena itu pertama kalinya saya benar-benar berada sangat dekat dengan mereka seteah hanya bisa melihat mereka dari kejauhan, dari stadion atau di TV. Katakanlah, momen itu merupakan hadiah natal terhebat, sudah dua tahun berlalu sekarang...dan ketika saya berada di sekitar mereka, saya tetap merasa sangat bergairah dan fokus.”
Bagaimana mengenai masa depan menurut anda?
“Kami telah berkembang sebagai tim jika dibandingkan dengan musim lalu, namun masih dapat berkembang baik secara individual maupun kolektif. Saya berharap kami menjalani musim yang sempurna kali ini, dan kemudian klub dan keluarga saya akan membuat keputusan. Mungkin saya dapat dipinjamkan ke salah satu tim di divisi lebih rendah untuk melanjutkan perkembangan saya di sana.”
Apa yang telah anda pelajari dari Buffon, Rubinho dan Storari?
“Sangat luar biasa dapat berlatih bersama mereka, anda belajar dan memahami berbagai macam hal yang tidak bisa anda ketahui dari televisi: mulai dari bagaimana mereka berlatih hingga teknik mereka yang sangat halus. Ketika anda berada bersama rekan-rekan dari Primavera, terkadang anda melewatinya, sedangkan jika anda bersama para kiper tim utama anda harus memahami seluruhnya, sebagai contoh mengenai langkah mereka, cara mengumpankan bola dan bagaimana membuang badan anda ketika membuat penyelamatan, anda harus memberikan perhatian hingga hal terkecil. Buffon selalu menjadi idola saya, sejak pertama saya mengenakan sarung tangan kiper: mungkin diantara semua yang datang secara alami kepada saya, juga terdapat sedikit meniru yang saya lakukan!”
Facebook
Twitter
Google+